Caraternak kelinci potong yang benar adalah cukup satu kandang hanya boleh diisi satu jenis kelamin saja. Tidak boleh mencampurkan jantan dan betina. Ada 3 jenis kandang kelinci : Kandang postal. Khusus digunakan untuk anak kelinci. Kandang baterai. Khusus pembesaran anak kelinci yang sudah disapih induknya. Kandang terbuka.
Melaluisidang di Jakarta pada 12 Maret 1983, Komisi Fatwa MUI menetapkan bahwa hukum memakan daging kelinci adalah halal. Manfaat lainnya adalah adanya senyawa kitotefin pada daging kelinci terutama pada jantung dan hati yang dapat mencegah penyakit asma. "Kadar protein daging kelinci lebih tinggi di banding dengan ternak lain.
PemerintahProvinsi Jawa Barat bersama bank bjb meluncurkan Kampung Peternak Kelinci Milenial di Punclut, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (27/1/2022). Sekarang justru kelinci-kelinci ternak Lembang bisa sampai diminati luar negeri" paparnya bangga. Editor Sokoguru: Ahmad Yunus # kelinci# bachelorrabbitry#petanimilenial. TOPIK
Gunamemacu produksi susu dalam negeri dan meningkatkan taraf hidup peternak sapi perah, maka pemerintah pada awal tahun 1 997 telah membangun suatu kawasan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cibungbulang, sekitar 1 5 km dari kampus IPB Darmaga. Di kawasan seluas 1 50 ha itu terdapat 200 peternak sapi perah berskala kecil, dengan pemilikan sapi 5 - 1 0 ekor/peternak, dengan luas lahan
KhususLyon sebenarnya adalah silang luar dari jenis Angora dengan jenis lain, namun di kalangan peternak kelinci hias disebut sebagai Lyon atau Angora jadi-jadian. [2] Di Indonesia banyak terdapat kelinci lokal, yakni jenis kelinci jawa ( Lepus negricollis ) dan kelici sumatera ( Nesolagus netseherischlgel ).
C2akgE.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Vietnam dan China terbukti sukses mengembangkan usaha ternak kelinci di negaranya Kelinci belum banyak dikembangkan di Indonesia meskipun jenis ternak ini berpotensi besar dalam peningkatan mutu gizi masyarakat. Sementara pemerintah juga masih kurang serius menggarap usaha ternak ini. Padahal usaha ternak kelinci bisa membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan bahkan bisa jadi solusi mengatasi pengangguran. Lihat saja Vietnam dan China. Kedua negara tersebut cukup sukses mengembangkan kelinci. Untuk itu, demi pengembangan usaha si kuping panjang ini di tanah air, tak ada salahnya berguru kepada mereka. Berikut ulasannya. Ternak Rakyat di Vietnam Di Nho Quan pedesaan di Provinsi Ninh Binh, Vietnam sebelum tahun 2000an, petani setempat memelihara kelinci sebagai usaha sampingan, penghasil gizi keluarga atau sekadar peliharaan kesenangan. Produktivitasnya di masa itu sangat rendah karena pemeliharaan dilakukan dengan cara dilepas bebas di pekarangan rumah. Lalu pada suatu musim di tahun 2003, ribuan kelinci di kawasan pegunungan Nho Quan itu tertimpa penyakit kaki dan mulut. Beruntung pemerintah tanggap. Penyakit tersebut diteliti lalu dikumpulkan sebagai studi persoalan penyakit hewan oleh pemerintah setempat. Selanjutnya penanganan kasus ini juga melibatkan pihak penyuluh serta didukung oleh pemerintah provinsi yang justru bersikap bijaksana mendorong budidaya kelinci secara modern, bukan malah secara naif menghabisi kelinci karena alasan penyakit. Bahkan, pemerintah menurunkan tim khusus untuk program modernisasi peternakan. Para dokter hewan, petani, ibu rumah tangga, petugas departemen kesehatan, menyatu dalam program terencana pemerintahan lokal. Dalam hal ini, pelatihan, pemberdayaan dan penyadaran kesehatan ternak secara modern digalakkan. Kredit Lunak untuk Peternak Keseriusan pemerintah ini terbukti berhasil. Empat tahun kemudian 2007, usaha peternakan kelinci di sana kembali menggeliat. Angka pertumbuhan usaha ini mencapai 25,6 %. Jika sebelum 2003, setiap dusun hanya lima kepala keluarga yang memiliki kelinci, pada 2007, peternak jumlah kelinci melonjak mencapai 18 hingga 20 kepala keluarga pada setiap dusun. Dari sini mengalirlah kredit lunak untuk peternak. Mereka ditawari kesanggupan membayar secara realistis, tanpa perlu membuat proposal. Pemerintahlah yang melakukan riset lapangan secara langsung setiapkali ada pengajuan modal. Untuk itu, pemerintah membentuk asosiasi peternak kelinci yang memberikan keleluasaan kepada peternak. Pemerintah bertindak sebagai pencatat dan pengawas. Selain itu, pemerintah juga mendatangkan teknologi peternakan yang menunjang usaha peternakan kelinci misalnya dalam pembuatan pakan dan pengolahan pascapanen. Tetapi sebelumnya mereka mengundang peneliti untuk melakukan riset obyektif. Hasil penelitian tersebut merekomendasikan beberapa hal. Diantaranya, peternakan kelinci sulit berkembang jika pasar tidak terbuka, masyarakat sering kesulitan membeli kelinci karena tidak semua orang tahu lokasi pemeliharaan kelinci. Selanjutnya petani akan cepat pintar jika kerap diadakan pelatihan serius, asosiasi atau koperasi peternak kelinci sangat penting untuk memberikan posisi tawar harga di pasaran, pengolahan pascapanen sangat menentukan perkembangan pasar kelinci dan ibu rumah tangga berpotensi menjadi pengelola ternak kelinci di rumah karena mereka 62% terbukti lebih sayang terhadap kelinci dibanding laki-laki 38%. China Spektakuler Sementara di China, kelinci sudah dikenal luas oleh masyarakat. Pada 1950, berbagai jenis kelinci dari luar negeri membanjiri Negeri Tirai Bambu tersebut. Gu Zilin, peneliti dari Insititut Pertanian Universitas Ia Bei, Boading China 2001 menuliskan hasil risetnya tentang peternakan kelinci di China. Dalam artikel “Review Rabbit Breeding In a15 China”, Zilin mengkaji pencapaian pengalaman pemeliharaan kelinci domestik di China. Hasilnya, peternakan kelinci memiliki implikasi ekonomis baik dari daging, bulu dan hasil lainnya di sana. Jenis Anggora untuk tujuan penghasil bulu paling banyak diminati peternak. Pemerintah selain memfasilitasi para pengimpor swasta juga terlibat memberikan bantuan belanja kelinci dari beberapa negara seperti Inggris, Jepang dan Hungaria. Kelinci Anggora yang didatangkan dari Jerman dan Perancis sangat diminati peternak karena kualitas bulunya yang baik. Sedangkan jenis kelinci pedaging, pemerintah China mendatangkan jenis kelinci besar dari Jepang, Selandia Baru, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Denmark dan lain-lain. Kelinci penghasil Fur jenis Rex dari Amerika Serikat juga banyak didatangkan semenjak tahun 1980an. Masuknya beragam kelinci impor tersebut membuat kelinci lokal China seperti jenis Taihang, Saibei, Fujiang, Anyang dan lain-lain berkembang lebih variatif karena perkawinan silang. Upaya pemerintah mengimpor kelinci ini membuat peternakan kelinci untuk penghasil bulu lebih cenderung pesat dibanding kelinci sebagai penghasil pedaging. Pesatnya perkembangan ternak kelinci juga didukung fakta bahwa masyarakat setempat sangat menggandrungi kelinci. Kemudian pada 1980 kerjasama ekonomi dan teknologi di bidang peternakan kelinci dengan pemerintah Jerman, Perancis dan Amerika Serikat dilaksanakan di Jiangsu, Shandong, China. Kerjasama ini memperkenalkan model peternakan baru dan teknologi canggih untuk mengelola kelinci beserta hasil-hasilnya. Pada 1988, China menjadi tuan rumah konferensi kelinci tingkat dunia yang ke empat Fourth World Rabbit Science Conference for Rabbit Sains. Lihat Money Selengkapnya
Kelinci adalah hewan lucu yang banyak dipelihara dan dibudidaya. Namun, hanya ada beberapa jenis kelinci yang biasa dibudidaya di Indonesia, di antaranya New Zealand White, Netheland Dwarf, Angora, Rex, Satin, hingga Flemish Giant. Kelinci budidaya juga terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelinci pedaging dan hias. Kelinci pedaging untuk kelinci yang bisa tumbuh besar dan berkembang biak dengan cepat, kelinci hias untuk kelinci dengan warna dan bulu yang indah. Kategori Kelinci Budidaya Memang, sejauh ini tidak ada pembeda yang jelas antara kelinci yang dipelihara untuk diambil dagingnya dengan kelinci hias. Semua jenisnya bisa tampak lucu dan imut. Namun, para peternak biasanya membedakan dari banyaknya daging, produktivitas perkembangbiakan, dan jenis bulunya. Kelinci pedaging Para peternak umumnya memelihara jenis kelinci pedaging dengan memilih jenis yang bisa tumbuh besar, cepat gemuk, dan mudah berkembang biak. Warna dan penampilan bulu tidak terlalu dipentingkan. Yang pasti, kelinci harus tambun dan sehat. Harga anakan kelinci pedaging juga tidak terlalu mahal. Di Pasar Hewan Pasty, Yogyakarta, contohnya, sepasang anakan kelinci pedaging berkisar Rp hingga Rp Pakannya juga relatif murah. Kelinci hias Ada juga peternak yang sengaja membudidayakan kelinci dengan penampilan menawan. Kelinci ini untuk hewan peliharaan atau kelinci hias. Peternak akan memilih kelinci yang memiliki bulu indah, tebal, dan berpostur tubuh yang ideal. Bahkan, indukan kelinci hias banyak yang didatangkan dari luar negeri. Tentu saja, harga dan perawatan yang dibutuhkan untuk kelinci hias lebih mahal. Sepasang anakan kelinci hias bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Belum lagi pakan dan vitamin yang diperlukan untuk merawat pertumbuhan bulunya. Sebenarnya, bulu tebal pada kelinci hias bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku wol, tapi ini masih jarang di Indonesia. Jenis-jenis kelinci budidaya Tak ada salahnya kita mengenal jenis-jenis kelinci yang biasa dibudidaya di Indonesia. Siapa tahu setelah pandemi Covid-19 ini berlalu, kita bisa menekuni kegiatan memelihara kelinci untuk tambahan ekonomi keluarga. 1. New Zealand White Nama kelinci ini tak mencerminkan asalnya. Sebab, kelinci ini justru berasal dari Amerika Serikat AS hasil persilangan dengan jenis flemish giant. Bobot new zealand white bisa mencapai 5,5 kilogram. Umur kelinci ini pun bisa cukup panjang, yakni 10 tahun. Saat beranak, kelinci ini rata-rata menghasilkan 10–12 ekor anakan. Ras ini biasanya dipilih menjadi indukan untuk memulai ternak kelinci dan cocok untuk dimanfaatkan dagingnya. Ini jenis kelinci yang biasa dibudidaya di Indonesia dan cukup banyak ditemui. 2. Flemish Giant Kelinci ini cocok dipelihara untuk diambil dagingnya. Bobot kelinci flemish giant bisa mencapai 10 kilogram. Ciri-cirinya, bertubuh panjang dan bertelinga lebar. Warna bulu yang sering dijumpai adalah abu-abu gelap, cokelat, dan hitam kecokelatan. Ras murni kelinci jenis ini sulit ditemukan sehingga para peternak biasanya memelihara hasil silangan. 3. Netherland Dwarf Kelinci hias ini konon dibawa orang Belanda pada masa kolonial. Pada masa itu, kelinci ini dipelihara di perkebunan-perkebunan sebagai hewan peliharaan. Seperti namanya, kelinci ini tubuhnya mungil dan pertumbuhannya lambat. Kelinci kecil ini dianggap kurang sesuai untuk bisnis ternak kelinci, tetapi keberadaannya kadung menyebar di banyak tempat di Indonesia. Baca juga Nilai Positif Memelihara Hewan Sehat Secara Emosional Berkat Hewan Peliharaan 4. Rex Kelinci jenis rex diyakini berasal dari AS. Pada era 1980-an, warga AS banyak yang mulai memelihara kelinci ini sebagai hewan peliharaan. Namun, rex memiliki banyak daging sehingga sejumlah peternak juga mengembangbiakkannya sebagai pedaging. Peternakan kelinci yang bobotnya rata-rata 4 kilogram ini biasanya berada di daerah yang sejuk atau bersuhu 15 derajat celsius. Namun, rex juga memiliki bulu yang halus dan tak mudah rontok sehingga ada peternak yang juga memanfaatkan kulitnya. 5. Angora Kelinci angora merupakan kelinci yang biasa dibudidaya di Indonesia. Angora memiliki kekhasan bulu yang halus dan tebal. Penampilannya juga sangat lucu sehingga banyak yang menjadikan kelinci ini sebagai hewan peliharaan. Namun, dengan bulunya yang tebal tadi, membuat beberapa peternak di luar negeri juga memanfaatkannya sebagai bahan baku wol. Angora juga bisa tumbuh besar dengan bobot sekitar 6 kilogram. Beberapa jenis Angora yang populer sebagai kelinci hias, semisal angora jerman, angora perancis, dan peranakan giant flemish. Angora tidak menyukai lingkungan yang lembab. 6. Satin Kelinci satin juga berasal dari AS. Berat kelinci ini setelah berumur lebih dari 8 bulan bisa mencapai 5 kilogram. Saat beranak, kelinci ini bisa menghasilkan 7–10 ekor anakan. Ciri satin adalah tubuh yang panjang dengan kepala lebar dan leher pendek. Selain itu, posturnya tampak kokoh ditambah kuku yang kuat. Satin juga memiliki beragam warna bulu; ada yang hitam, putih, cokelat, dan californian tubuh putih tapi telinga, hidung, ekor, dan ujung kaki berwarna hitam.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID fIS3A_F0RTjsjvIQw7Gc1tHMbPqee4oKJFNyu5A0D4xv9u3ETnFbBA==
» Monday, November 12, 2018 Kelinci sedikit di kembangkan di Indonesia walau type ternak ini punya potensi besar dalam penambahan kualitas gizi penduduk. Sesaat pemerintah ikut masih tetap kurang serius mengerjakan bisnis ternak ini. Walau sebenarnya bisnis ternak kelinci dapat menolong tingkatkan penghasilan penduduk serta bahkan juga bisa saja jalan keluar menangani pengangguran. Lihat saja Vietnam serta China. Ke-2 negara itu cukuplah sukses meningkatkan kelinci. Karena itu, untuk peningkatan bisnis si kuping panjang ini di tanah air, tidak ada kelirunya berguru pada mereka. Tersebut penjelasannya. Ternak Rakyat di Vietnam Di Nho Quan pedesaan di Propinsi Ninh Binh, Vietnam sebelum tahun 2000an, petani ditempat pelihara kelinci menjadi bisnis sambilan, penghasil gizi keluarga atau sebatas peliharaan kesenangan. Produktivitasnya di jangka itu begitu rendah sebab pemeliharaan dikerjakan lewat cara dilepaskan bebas di pekarangan rumah. Lantas dalam satu musim di tahun 2003, beberapa ribu kelinci di lokasi pegunungan Nho Quan itu tertimpa penyakit kaki serta mulut. Mujur pemerintah responsif. Penyakit itu di teliti lantas disatukan menjadi studi masalah penyakit binatang oleh pemerintah ditempat. Setelah itu perlakuan masalah ini pula menyertakan pihak penyuluh dan di dukung oleh pemerintah propinsi yang malah berlaku arif menggerakkan budidaya kelinci dengan moderen, bukan justru dengan naif menghabisi kelinci sebab fakta penyakit. Bahkan juga, pemerintah turunkan team spesial untuk program modernisasi peternakan. Beberapa dokter binatang, petani, ibu rumah-tangga, petugas departemen kesehatan, menyatu dalam program terencana pemerintahan lokal. Dalam perihal ini, kursus, pemberdayaan serta penyadaran kesehatan ternak dengan moderen digalakkan. Credit Lunak untuk Peternak Keseriusan pemerintah ini dapat dibuktikan sukses. Empat tahun lalu 2007, bisnis peternakan kelinci disana kembali menggeliat. Angka perkembangan bisnis ini sampai 25,6 persen. Bila sebelum 2003, tiap-tiap dusun cuma lima kepala keluarga yang mempunyai kelinci, pada 2007, peternak jumlahnya kelinci melonjak sampai 18 sampai 20 kepala keluarga pada tiap-tiap dusun. Dari sini mengalirlah credit lunak untuk peternak. Mereka ditawari kesanggupan membayar dengan sesuai kenyataan, tiada butuh membuat proposal. Pemerintahlah yang lakukan penelitian lapangan dengan cara langsung setiapkali ada mengajukan modal. Karena itu, pemerintah membuat asosiasi peternak kelinci yang memberi keleluasaan pada peternak. Pemerintah bertindak selaku pencatat serta pengawas. Diluar itu, pemerintah ikut menghadirkan tehnologi peternakan yang mendukung bisnis peternakan kelinci contohnya dalam pembuatan pakan serta pemrosesan pascapanen. Tapi awal mulanya mereka mengundang periset untuk lakukan penelitian obyektif. Hasil riset itu mereferensikan banyak hal. Salah satunya, peternakan kelinci susah berkembang bila pasar tidak terbuka, penduduk seringkali kesusahan beli kelinci sebab tidak kebanyakan orang tahu tempat pemeliharaan kelinci. Setelah itu petani akan cepat pandai bila sering diselenggarakan kursus serius, asosiasi atau koperasi peternak kelinci begitu penting untuk memberi tempat tawar harga di market, pemrosesan pascapanen begitu memastikan perubahan pasar kelinci serta ibu rumah-tangga punya potensi jadi pengelola ternak kelinci di dalam rumah sebab mereka 62% dapat dibuktikan lebih sayang pada kelinci di banding lelaki 38%. China Fantastis Sesaat di China, kelinci telah terkenal oleh penduduk. Pada 1950, beberapa type kelinci di luar negeri membanjiri Negeri Gorden Bambu itu. Gu Zilin, periset dari Insititut Pertanian Kampus Dia Bei, Boading China 2001 tuliskan hasil risetnya mengenai peternakan kelinci di China. Dalam artikel “Review Rabbit Breeding In China”, Zilin membahas perolehan pengalaman pemeliharaan kelinci domestik di China. Akhirnya, peternakan kelinci mempunyai implikasi ekonomis baik dari daging, bulu serta hasil yang lain disana. Type Anggora untuk arah penghasil bulu sangat banyak disukai peternak. Pemerintah tidak hanya memfasilitasi beberapa pengimpor swasta ikut ikut serta memberi pertolongan berbelanja kelinci dari beberapa negara seperti Inggris, Jepang serta Hungaria. Kelinci Anggora yang dihadirkan dari Jerman serta Perancis begitu disukai peternak sebab kualitas bulunya yang baik. Sedang type kelinci pedaging, pemerintah China menghadirkan type kelinci besar dari Jepang, Selandia Baru, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Denmark dan sebagainya. Kelinci penghasil Fur type Rex dari Amerika Serikat banyak juga dihadirkan sejak tahun 1980an. Masuknya bermacam kelinci import itu membuat kelinci lokal China seperti type Taihang, Saibei, Fujiang, Anyang dan sebagainya berkembang lebih variasi sebab perkawinan silang. Usaha pemerintah mengimpor kelinci ini membuat peternakan kelinci untuk penghasil bulu lebih condong cepat di banding kelinci menjadi penghasil pedaging. Pesatnya perubahan ternak kelinci ikut di dukung bukti jika penduduk ditempat begitu menggandrungi kelinci. Lalu pada 1980 kerja sama ekonomi serta tehnologi di bagian peternakan kelinci dengan pemerintah Jerman, Perancis serta Amerika Serikat dikerjakan di Jiangsu, Shandong, China. Kerja sama ini mengenalkan mode peternakan baru serta tehnologi mutakhir untuk mengurus kelinci bersama hasil-hasilnya. Pada 1988, China jadi tuan-rumah pertemuan kelinci tingkat dunia yang keempat Fourth World Rabbit Science Conference for Rabbit Sains. ADS HERE !!!
peternakan kelinci di luar negeri